Penerapan Bahasa Jawa di Sekolah Surabaya?

Belajar bagi sebagian orang adalah suatu hal yang menyenangkan, penuh tantangan dan kepuasaan tersendiri ketika berhasil menguasai suatu bidang. Seperti layaknya seseorang yang ingin bersantai, dalam belajarpun memerlukan suatu kenyamanan agar seseorang bisa mempelajari suatu hal dengan santai. Baik itu tempat, siapa yang mengajar hingga bahasa yang digunakan. Bayangkan saja kalau kita belajar dengan tempat yang kotor dan kumuh serta berbau dengan guru yang amat sangat membosankan dalam menjelaskan sesuatu, pasti kita malas untuk mempelajari hal tersebut yang dari awal kita sudah bersemangat. Jangankan begitu, kenyataannya meski tempatnya nyaman dan berAC pun dengan guru yang enak mengajar, kita tidak jarang mengeluarkan kata malas! Nah bagaimana kalau hal “malas” tersebut diperparah oleh pengunaan bahasa yang ribet mesti seharusnya hal itu harus diterapkan?

Bisa anda bayangkan kalau anda sekolah lalu diwajibkan menggunakan bahasa Jawa sebagai bahasa yang dipergunakan dalam proses belajar mengajar? Amat sangat susah kan? Kenyataannya kadang kita memakai bahasa Indonesia yang baik dan benar sesuai dengan EYD ( Ejaan Yang Disempurnakan ) saja susahnya minta ampun. Kadang malah keceplosan menggunakan kata “lu dan gue” atau “mboh wes “.  

Masalahnya bagaimana kalau harus menggunakan bahasa Jawa dengan baik dan benar dalam suasana belajar mengajar dengan alasan ingin menimbulkan rasa nasionalisme terhadap bangsa? Apakah anda bisa bayangkan? Hal itulah yang akan segera di realisasikan pada sekolah-sekolah di Surabaya. Akan ada hari khusus untuk pengunaan bahasa Jawa. Anda bisa bayangkan kalau semua sekolah baik swasta maupun negeri memberlakukan hal tersebut?Pasti akan sangat ”keren”! Padahal apa anda masih ingat bahwa di SD sampai SMP kita sudah diajarkan bahasa Jawa beserta ”grammarnya dan penulisannya” dan berhasil mendapatkan nilai jelek. Bagaimana itu bisa diterapkan lagi sekarang ini? 

Saya tidak bisa membayangkan kalau siswa di kelas bingungnya setengah mati ketika gurunya menjelaskan suatu hal dengan bahasa Jawa halus dan siswa mulai bosan dan mengeluarkan umpatan khas Jawa yang diperbolehkan pada hari itu?! Saya tidak bisa membayangkan pula bagaimana guru-guru yang notabene bukan orang Jawa Timur harus susah-susah belajar bahasa Jawa untuk berkomunikasi saat hari itu berlaku? Saya juga tidak bisa membayangkan kalau sekolah international sekelas SIS ( Surabaya International Shcool ) memberlakukan hari itu!! Lha wong pemberlakuan satu hari berbicara memakai bahasa Inggris di jurusanku, mahasiswanya memilih ”silent is golden” apalagi bahasa Jawa! 

Apa jadinya bahasa Jawa kalau diterapkan di sekolah-sekolah yang selama ini berbicara bahasa ibu saja mereka bosan dan lebih bertahan berbicara memakai bahasa gaul? Apa memang pemberlakuan bahasa Jawa ini bisa meningkatkan nasionalisme kita? Bagaimana dari segi moral? Apa tidak justru meningkatkan ketidaksopanan baik antara guru dengan murid atau sesama murid dalam percakapan?Apa tidak terlalu terlambat untuk diterapkan sekarang ini?

Bayangkan saja kalau mereka bercakap-cakap:

 Seorang siswa yang bertanya pada bapak gurunya dengan bahasa Jawa yang kasar” Pak aku nggak ngerti opo sing bapak jelasno!”

Translate Indonesianya: ”Pak saya tidak mengerti apa yang bapak jelaskan!

Sang pak guru menjawab:

” yo wes.entenono dhisik, mengko bapak jelasno maneh!”Ya wes, tunggu sebentar ya nanti bapak jelaskan lagi! 

Nah kedua-duanya tidak mengerti bagaimana penerapan kromo inggil atau bahasa Jawa halus, tapi keadaan memaksa mereka untuk memakai bahasa Jawa pada hari khusus yang menggunakan bahasa Jawa. Lantas apa kata dunia?

Bisa anda baca disini mengenai penggunaan bahasa Jawa. 

http://jawapos.com/index.php?act=detail_c&id=321699

29 thoughts on “Penerapan Bahasa Jawa di Sekolah Surabaya?

  1. santy says:

    hemm…ia juga sih… ga semua warga di Surabaya bisa pakai bahasa Jawa ataupun bahasa krama inggil, saya ajah sering dapet jelek waktu duduk di bangku smp 😛

  2. felix2002 says:

    yo wes.entenono dhisik, mengko bapak jelasno maneh!
    -> mestine : yo wes, SESUK bapak jelasno maneh!
    Ya dah, besok bapak jelasin lagi (soalnya gurunya sendiri kesulitan njelasin dalam bahasa jawa juga tuh…) hehehehe…..

    Sebenernya justru mengurangi jumlah pelajar dari luar pulau untuk bersekolah di Surabaya juga neh…

  3. mikearmand says:

    Di Suara Surabaya FM pernah ada guru dari Cita hati berkomentar ttg sulitnya peraturan ini diaplikasikan mengingat banyaknya guru Cita hati yang bukan orang Jawa (Ambon atau Manado kalo nggak salah)

    BTW, bisa2 yang keluar nanti malah kata2 nggak sopan dan kasar dari para murid, “walah bapake iki jancokan”

  4. deteksi says:

    saya sangat setuju bahasa jawa digalakkan di sekolah-sekolah. why? karena sekarang ini kita lha kok malah belajar bahasa inggris, jepang, mandarin, dsb.. malah bahasa indonesia dan bahasa daerah sendiri gak dipake…

    itu salah satu aset budaya lho.. dah penerapan bahasa daerah (gak hanya jawa) di sekolah-sekolah adalah bagian dari upaya untuk menjaga kelestarian budaya indonesia..

    kalo pada gak mau, jangan salah kalo negara tetangga melirik bahasa kita 😀

    saya rasa wajar saja, kita kuliah di jepang, belajar bahasa jepang. saya sekolah di madura diajari bahasa madura. lha sekolah di jawa juga gitu, harus bisa bahasa jawa. ya tho?

  5. evelynpy says:

    @STR:
    Yup…diknas lagi teler nih, habis minum topi miring kali ya 😆

    @Nico:
    Melestarikan sih melestarikan tapi mengapa terlambat?

    @Santi:
    Nah kan dapet nilai jelek, sekarang diknas yakin nie mau memberlakukan hal tersebut?
    🙂

    @Felix:
    😆
    Bener2 seru juga tuh kalau percakapannya gitu 🙂
    Gila memangnya ada yang salah kalau anak luar pulau sekolah di Surabaya?

    @Lisan:
    Ad, ada tulisan hanacarakanya 🙂

    @Herru:
    Betul!
    Tapi jangan lupa harus diimbangi dengan bahasa indonesia 🙂

    @andi:
    Males….

    @mike:
    Seru kali ya kalau ada kata-kata kotor gitu bertebaran di tiap kelas 😆

    @deteksi:
    Well kalau diambil bangsa lain aku tidak takut. Tapi ingat bahasa layaknya jepang, inggris atau mandarin kan tidak diharuskan, itu kan terserahkita mau belajar yang mana yang notabene itu adalah bahasa international yang diakui dunia yang menunjang masa depan. Kalau bahasa jawa memang kita tau, yang penting kan kita tahu bukannya nggak tau sama sekali. Alangkah baiknya dimatangkan dalam penggunaan bahasa indonesia bukan bahasa jawa. Lha wong bahasa jawa adalah bahasa yang seharusnya diketahui oleh orang yang lahir di jawa layaknya surabaya. Itu sudah cukup! Mending perbaiki dulu bahasa indonesianya. Lha wong kalau presentasi masih banyak yang keceplosan bahasa jawa dan bahasa indonesianya buruk sekali. Nggak malu nie dilihat negara tetangga,masa pakai bahasa indonesia buruk?

  6. poce says:

    tapi saya sih setuju saja. saya juga orang jawa. penting itu untuk mengembalikan identitas Jawa ke pemuda pemudi Jawa saat ini. ya thoo??

  7. Supermoto says:

    Sepertinya asyik juga kalo mulai belajar bahasa jawa..tapi sebenarnya yang paling afdol belajar bahasa jawa adalah dari rumah…kalo serumah bahasa jawa alus kan sep.
    cuman ada anggapan pakai bahasa jawa alus terlalu formil kurang akrab kalo dipakai di keluarga…..biasanya ya suroboyoan.

  8. stey says:

    Aq kerja di sekolah international di Semarang yang juga kena masalah Bahasa Jawa ini, kasian anak2nya. Mereka pilih ga ikut ujian nasional demi ga belajar bahasa Jawa..wekekek..Lha wong jangankan bahasa Jawa, bahasa Indonesia aja, mereka seadanya..

  9. erander says:

    Saya mah setuju2 pisan. Asal na ga jadi penentu kelulusan pang! apalagi kalo dijadikan UAS. Ya gpp toh .. jadi bisa boso jowo. Ntar nawar2 penganan di kembang jepun kan bisa dapat murah 😆

  10. riawibisono says:

    ini nih contoh kebijakan publik yang salah kaprah dan tidak didahului dengan riset serius sebelumnya. tidak mempertimbangkan latar belakang siswa yang beragam. apa kalau sekolah di Surabaya itu pasti menguasai bahasa Jawa? ya enggak lah! gimana kalau orangnya dari luar kota atau luar pulau?
    contohnya aku, pas pertama sekolah di Surabaya, bahasa Jawaku cuma mi fa sol nilainya. apalagi kalau ulangan aksara Jawa, paling kacau! padahal dulu di Bali saya selalu mendapat nilai tinggi dalam ulangan aksara Bali… kapan hari aku sempat nulis soal bahasa daerah, tapi belum sempat di apload ke blog…. tunggu aja deh…

  11. Andre says:

    penting sih karena emang bahasa jawa itu salah satu warisan nenek moyang kita..but anyway, gak smua anak yang masuk di sekolah surabaya asalnya dari jawa..bisa aja mereka yang dari irian,sulawesi, kalimantan…dan mereka sendiri sebenernya juga punya bahasa titisan nenek moyang mereka sendiri…nah loh?!kasian kan kalo mereka harus belajar mati2an bahasa jawa yang mereka sama sekali gak tau menahu…apalagi kalo ada tempelan WAJIB sebagai salah satu penilaian raport…hiks2 bisa nangis neh…^^

  12. gandhi says:

    mungkin sebaiknya dibikin jadi semacam pelajaran extra aja. Dan kalo mau mengembangkan budaya mbok ya jangan setengah2, jgn cuma bahasa tapi aspek lain mbok ya dipikirin misal kesenian daerah seperti loedroek, ato kalo perlu diajarin cara membuat makanan2 khas daerah.

  13. pitshu says:

    eh bukanya di daerah itu sampe SMP ada pelajaran bahasa daerah. Kek di Karawang, dari SD – SMP ada pelajaran bahasa sunda, tapi hanya di sekolah negeri yah 🙂 klo di swasta yah enggak ada

  14. mikearmand says:

    Padahal kalo diruntut, dari dulu Surabaya TIDAK memakai bahasa Jawa halus. Bahasa Jawa yang halus berasal dari Jawa Tengah sana. Jadi kalo mau membudayakan bahasa Jawa di Sby seharusnya ya memakai bahasa Jawa kasar yang sehari-hari (AKA Suroboyoan) which is, memang sudah dipake sehari-hari.

    Memang tujuannya positif untuk membudayakan bahasa tapi ya caranya itu yg salah. Kalau mau coba dievaluasi lagi kurikulum ttg pelajaran bahasa JaWA khususnya di SD karena ketika dari kecil sudah diberi bimbingan yg benara, maka ‘niscaya’ bahasa Jawa bisa terpatri dalam benak anak2.

  15. anasmcguire says:

    sebenarnya pemakaian bahasa jawa jangan langsung ditolak mentah-mentah.. Mestinya dicoba dulu.. Kalo di rasa kurang berhasil dievaluasi kembali.. Bukan maksud memaksain para siswa untuk menggunakan bahasa jawa. tapi itu merupakan salah satu upaya untuk mempertahankan bahasa jawa yang semakin memudar.
    Anak muda sekarang jarang banget ngerti apalagi tau bahasa jawa, mereka lebih suka cenderung menggunakan bahasa gaul Lo-gue-lo-gue yang katanya bahasa jakarte (padahal berasal dari bahasa cina atau tionghoa, aq lupa)

  16. nana says:

    hahaha kejadian tuh sama saya.. dari SD sampe SMP dpt pelajaran bahasa daerah.. yang klo tiap kali belajar musti pake bahasa bali… nulis (aksara balinya juga), cerita depan kelas, nembang. it was fun. Cuma kesian tmn2 yang dari luar daerah.. jadi kepaksa belajarna.. bhkan jadi pelajaran yang lebih ditakuti dari matematika.. hehehehehehe…

  17. evelynpy says:

    @poce:
    Penting2 si penting tapi mengapa baru sekarang? :0

    @Supermoto:
    Masalahnya kalau dipelajari dirumah orang rumah tau nggak cara menggunakan bahasa jawa yang halus?

    @Stey:
    Nah itulah susahnya. Seperti pedang bermata dua ya 🙂

    @erander:
    Waduh aku tambah nggak kebayang aja kalau ebtanas jadi bahan ujian nasional. Ih.. ngeri! 😦

    @Bayo:
    Iya bisa banyak yang kena penyakit jantung mendadak 😆

    @Felix:
    Memang kudu alias harus. Nggak peduli dari luar atau dalam kota.

    @ria:
    Nggak sabar nunggu artikel dari dirimu tentang bahasa daerah. Pasti mengigit 🙂

    @Arul:
    Sebenernya yang bahasa ibu itu yang mana ya?
    Bahasa Jawa atau Bahasa Indonesia?

    @Khim:
    Sama 😆

    @Andre:
    betul, setubuh aku 🙂

    @Gandhi:
    Alangkah baiknya kalau diterapkan di extrakulikuler saja yang tidak mengharuskan murid mengambilnya tapi lebih kepada karena suka dan ingin tau. Daripada terpaksa tapi nggak bisa apa2? 😉

    @Pitshu:
    Sebenernya ada, tapi itu pelajaran bahasa daerah ditempat tinggal masing2 🙂

    @mike:
    Usul anda memang brillian 🙂

    Nana:
    Bahasa Bali pasti susah ya?

  18. wardoyo says:

    Em….. Knnapa yang dibayangkan yang susah susah….. Jalani aja dulu, evaluasi baru komentar yang banyak. Setahuku, kalau “one day in english” kan ya gak susah susah amat… kenapa “sedina nganggo basa jawa” koq kayaknya takut banget? Guru dari luar Jawa? ya masak dipaksa ngikut, apa sekolahan sebegitu kolotnya….kan engga’. pasti ada porsi tertentu, ga asal dipaksain aja. Aku 6 tahun melajari bahasa Jepang, seneng, asik, tapi aku asli orang Jawa, dan ga mau kehilangan identitasku sebagai orang Jawa. Orang jepang seneng banget kalo ada orang asing Fasih Berbahasa Jepang…. Apa kita ga bangga kalo ada orang Jepang yang Basa Jawa nya nglewes pinter….. Aku ada temen dari Jepang yang pinter nabuh gamelan, basa Jawanya apik tenan…. dan aku maluuuuu. So… ya mungki itu salah satu jalan aja biar Bahasa kita tidak punah…..dukung aja yuk!

  19. tono says:

    ojo podho ngono masyarakat, awake dewe kudune bangga nduweni kabudayan kang warna-warni salah sijine basa jawa. mulo ayo podho di lestareake, sokor-sokor basa jawa iku bisa dadi basa internasional.

Leave a reply to nicoustic Cancel reply