Waktu pulang ke Madura lalu, di sore-sore jam lima dikala toko sedang mati lampu datanglah seorang pria baya berbangsa India ke toko aku. Memakai sorban berwarna kuning dan menawari papa aku untuk di ramal dengan bahasa campuran Inggris-Indonesia *dwi bahasa* dengan aksen India yang kental.
Karena kebingungan, papa aku langsunglah menurut untuk di ramal * soalnya dipaksa terus si*. Padahal dalam keluarga kami nggak kenal tuh sama yang namanya ramalan. Semua yang diramalkan oleh sang peramal tepat semua lho. Dia menanyakan beberapa pertanyaan pada papaku sambil memegang tangan kanannya. Jawaban atas pertanyaan itu sudah dituliskannya lebih dahulu pada sebuah kertas yang dilipat rapat sebelum dia mulai meramal.